Lebih Baik Kenal, Bukan?
Hai. Ini adalah blog baru saya. Sebelumnya sudah pernah ada.
Tidak ada alasan tertentu mengapa blog diperbarui.
Apapun itu, adalah lebih baik jika saya memperkenalkan diri
terlebih dahulu.
Saya seorang perempuan, tahun ini berumur 21. Bapak ibu memberi
saya nama Stephani Arum Sari.
Stephani, karena lahir bulan September. Arum, nama tokoh
perempuan dalam sinetron favorit bapak. Sari, nama usaha catering ibu. Alhasil,
dari nama yang tidak diketahui artinya tersebut, saya tetap bangga.
Ditanya soal nama panggilan, saya bingung menjawabnya. Di rumah
dan sewaktu SD-SMP, semua orang memanggil saya Phani. Sewaktu SMA hingga
kuliah, teman-teman lebih memilih memanggil saya Teteph. Nama itu diambil dari “Steph”
yang mungkin sulit diucapkan. Dan menurut mereka, Teteph lebih cocok bagi saya daripada
Phani. Kenapa demikian? Karena Phani terkesan imut, sedangkan saya tidak
demikian. Phani atau Teteph, saya akan tetap menoleh jika mendengar nama
tersebut.
Saya lahir di kota kecil di Jawa Tengah. Mungkin ada
beberapa yang tahu, namun juga banyak yang tidak tahu. Nama kota itu, Kutoarjo.
Saya sering kewalahan ketika ditanya orang, “Asal kamu mana?”
Ketika saya jawab “Kutoarjo, kamu tahu ngga?”. Sebagian dari
mereka pasti berkata TIDAK.
Saya hanya bisa maklum. Bahkan di peta Indonesia, Kutoarjo
sepertinya hanya sebuah titik. Titik yang kecil. Namun masih agak mending jika
melihat peta Jawa Tengah. Kutoarjo sedikit lebih terlihat. Sedikit. Letaknya di
bawah, dekat daerah Kebumen dan Purworejo.
Saya lahir dalam keluarga sederhana. Bungsu dari lima
bersaudara. Jangan kaget. Bapak ibu saya memang orang jaman dulu. Umur mereka
sudah 60 tahun. Mungkin saat itu mereka belum mengenal KB. Atau malas mengikuti
anjuran itu. Atau mungkin mereka ingin rumah terlihat ramai. Entahlah. Namun sebenarnya
saya anak yang “tidak sengaja” hadir (lagi). Jarak umur saya dan kakak
terlampau jauh. Dengan kakak pertama, jarak kami 15 tahun. Sudah pantas jika
saya memanggilnya “tante”, bukan “kakak”. Namun itu tak menjadi soal bagi kami.
Justru saya merasa terbantu. Mereka mengajarkan saya bagaimana untuk bersikap
dewasa, tentu secara tersirat.
Sewaktu SMA, saya meninggalkan rumah orangtua. Saya
memutuskan untuk meimba ilmu di sumur kota orang. Pilihan saya adalah Yogyakarta.
Sebelumnya saya pernah mendaftar di salah satu SMA swasta unggulan di Muntilan.
Namun naluri saya lebih mengarah pada sekolah swasta yang ada di Yogyakarta.
Beranjak kuliah, saya masih di Kota Gudeg ini. Pernah ada
niat untuk masuk perguruan tinggi di Tangerang. Namun rupanya, dana yang ada
belum mencukupi. Saya juga tidak mau menyusahkan bapak ibu. Jadi lebih baik
tetap di kota ini, tetap menimba ilmu dan meraih cita-cita.
Sampai saat ini saya masih menuntut ilmu, tidak sekedar
menuntut nilai, di salah satu perguruan tinggi swasta Yogyakarta. Fokus saya
pada bidang Jurnalisme. Sebuah bidang yang semakin lama semakin saya cintai. Ini
dua semester terakhir bagi saya. Jika memang
Tuhan berkehendak, tahun 2013, di belakang nama saya akan ada tambahan gelar. Yah,
semoga demikian.
Bersepeda menjadi kegemaran saya. Melalui sepeda, saya
banyak belajar. Terutama mengenai hidup. Jalan yang menanjak, terjal dan
berliku serupa dengan jalan hidup. Penuh dengan masalah yang harus dihadapi. Memang,
harus dihadapi. Sebab dengan demikian, ada jalan mudah, menurun, mulus yang
sudah tersedia bagi saya.
Saya memiliki motivasi, menjadi orang sukses di kemudian
hari. saya ingin melihat bapak ibu saya bangga, tersenyum dan berkata “Itu
anakku lho!”
Begitulah saya. pribadi biasa, tidak sempurna,
sederhana,namun memiliki impian yang besar untuk membahagiakan orang lain,
terutama keluarga. Ya, saya perempuan biasa, namun limited edition!
Selamat kenal!
Warm regards,
Stephani
Arum Sari
Komentar
Posting Komentar