Coba, Lepaskan
“Fly on... ride through. Maybe one day...”
Alunan piano dari lagu O milik Coldplay membawaku pada memori masa lampau. Kala itu senyum dan
tawa bahagia enggan singgah di sini. Malam itu aku, kehilangan...
Semesta mengijinkanku
mengalami berbagai peristiwa, bahkan untuk peristiwa yang mengecewakan,
kehilangan. Pada masa-masa sulitku
tersebut, aku merasa menjadi orang yang paling sial, yang menyalahkan
diri sendiri dan kondisi. Aku bahkan merasa seperti tidak akan lagi bahagia.
Aku menutup diri dan membiarkan hati larut dalam kesedihan. Mungkin beberapa
orang pernah mengalami hal yang sama denganku. Sulit rasanya menerima
keadaan. Bahkan selalu saja mengasihani
diri sendiri. Cukup lama aku berada dalam kubangan duka tersebut.
Sampai pada suatu titik, aku sadar bahwa aku tidak
sepantasnya terlalu lama larut. Aku
berproses, berdamai dengan kondisi itu. Butuh waktu hingga akhirnya aku
menerima keadaan yang terjadi. Aku memaafkan air mata yang sempat menetes, rasa
sakit dan kekecewaan, kebohongan yang pernah ada, impian-impian serta
harapan-harapan yang layu sebelum waktunya, ketidakpedulian, kemarahan, aku
juga memaafkan diri sendiri, dan memaafkan kondisi yang ada.
Aku menyadari bahwa ada hal di luar kendaliku, yang tidak
dapat kuubah, yang seharusnya dapat aku terima dengan lapang, yang seharusnya
aku tidak patut menyalahkan diri sendiri, orang lain, pun menyalahkan keadaan. Dari situ, aku menemukan
kebahagiaan sebenarnya.
Ibarat Gatotkaca, aku harus digembleng di kawah Candradimuka
untuk menjadi lebih baik. Sabar, mungkin menjadi pelajaran pertama yang aku
terima. Pada proses yang lebih besar, aku belajar hakikat kehidupan mengenai
menerima dan melepas. Bahwa memang ada yang dapat aku terima, bertahan, namun
ada pula yang harus pergi. Memang seharusnya begitu, bukan?
Pada kondisi kehilangan, aku menyadari bahwa aku tidak pernah
benar-benar kehilangan. Aku merasakan kehadiran keluarga, sahabat-sahabat, dan
orang-orang di sekitarku. Bahkan aku bertemu dengan orang-orang baru. Tuhan,
yang memiliki kedudukan nomer nol dalam hidupku, memang benar-benar sayang
padaku. Ia hadir lewat orang-orang di sekitarku, menyapaku dan menemaniku lepas
dari masa sulit itu.
Saat ini aku merasa memiliki kemampuan untuk mencintai,
terlepas dari apakah aku balas dicintai, memberi bahkan saat aku tidak punya
apa-apa, mengulurkan tangan bahkan saat aku sendiri dan diabaikan, tersenyum bahkan
saat semua wajah berpaling dariku, percaya bahkan saat tidak seorang pun
percaya padaku. aku tidak menyesali apa yang telah terjadi. Aku melepas sesuatu
yang memang pantas untuk dilepas. Aku yakin bahwa cara demikian akan membawa
kami pada kebahagiaan.
Pada setiap kesedihan yang pernah aku rasakan di waktu-waktu
sebelumnya, aku bertekad membuat setiap orang yang kutemui bahagia.
Setidaknya aku melihat mereka tersenyum. Dengan demikian, aku pun turut
berbahagia. Happiness is real, only when we share it, right?
Aku masih mendengar Christ Martin menyanyi. Dan aku
tersenyum. Fly on, ride through.
Komentar
Posting Komentar